Categories
Shows

RADIO ISOLASIDO EP2 – 16/10/2021

https://www.mixcloud.com/widget/iframe/?hide_cover=1&light=1&feed=%2FHKCR%2Fradio-isolasido-ep2-16102021%2F

Dengan menggunakan seni bunyi sebagai perangkat sosial, Radio Isolasido mengajak pendengar untuk mengurai hal-hal yang terisolir sehingga menumbuhkan fenomena akustik dan pemahaman yang komprehensif melalui ansambel artefak bunyi naratif dan non-naratif dalam artikulasi artistik populer, eksperimensial dan multilingual.

Terdapat 6 karya serial yang ditampilkan di semua episode yaitu; 4 puisi populer yang diterjemahkan ke bahasa prokem LGBTQI+ dan dibacakan oleh Tamarra, seorang seniman kontemporer asal Yogyakarta; suara burung yang langka dan sudah punah; musik naratif karya komposer asal New Zealand Jack Body yang menuturkan pengalamannya mempelajari musik klasik Tiongkok; tutorial masakan survival oleh komunitas asal Indonesia Timur yang tinggal di Yogyakarta; puisi karya Handoyo Purwowijoyo; dan karya vokal artificial intelligence dari Raung Jagad Synthetic.

Episode kedua menampilkan tutorial masakan asal Tidore, Maluku, musik dari grup imajiner Obeng Ungu & Jalan Buntu with Group Uang Wayang of Palembang, seri kedua musik naratif karya Jack Body, puisi Peringatan karya Widji Thukul dalam bahasa LGBTQI+, suara burung Rangkong asal Kalimantan yang sudah langka, lagu berbahasa Sunda Tjangkurileung gubahan White Shoes & The Couples Company, komposisi musik artificial intelligence dari Raung Jagat Synthetic, puisi karya Handoyo Purwowijoyo, lagu Perpetual Dream karya Gatot Danar Sulistiyanto, cuplikan buku tentang Lekra karya Hersri Setiawan yang dilagukan oleh Agen OH, lagu Wanang Ba karya band asal Papua Membesak yang dibawakan ulang oleh Black Paradise, nyanyian folklore dari suku Inuit, Kanada, nyanyian Khawagaka dari ZOO, dan beberapa sound design karya Bona Zustama. Musik tema Radio Isolasido diciptakan oleh Asep Nayak, musisi dari Wamena, Papua.

English
By using the art of sound as a social tool, Radio Isolasido invites listeners to unravel isolated things so as to foster acoustic phenomena and a comprehensive understanding through the ensembles of narrative and non-narrative sound artefacts in popular, experimental and multilingual artistic articulation.

Radio Isolasido is a temporary radio initiated by Wok The Rock, developed with Gatot Danar Sulistiyanto as a part of the Biennale Jogja XVI.

There are 6 serial works that will be shown in all episodes: 4 popular poems translated into the Indonesian LGBTQI+ slang language and read by Tamarra, a contemporary artist from Yogyakarta; rare and extinct bird sounds; narrative music by New Zealand composer Jack Body who describes his experience studying classical Chinese music; a survival food cooking tutorial by a community from Eastern Indonesia living in Yogyakarta; poetry by Handoyo Purwowijoyo; and artificial intelligence vocal work by Raung Jagad Synthetic.

The Episode 2 features a cooking tutorial from Tidore, Maluku, music from the imaginary group Obeng Ungu & Jalan Buntu with Group Uang Wayang of Palembang, the second series of narrative music by Jack Body, a poem ‘Peringatan’ by Javanese political poet Widji Thukul in LGBTQI+ slangs, the sound of the endangered birds Rangkong from Kalimantan, Sundanese song Tjangkurileung rearranged by White Shoes & The Couples Company, an artificial intelligence music by Raung Jagat Synthetic, poetry by Handoyo Purwowijoyo, song Perpetual Dream by Gatot Danar Sulistiyanto, an excerpts from a book about Lekra by Hersri Setiawan sung by Agen OH, song Wanang Ba by the Papuan band Mambesak, performed by Black Paradise, folklore songs from the Inuit, Canada, Khawagaka song by ZOO, and several sound designs by Bona Zustama. Radio Isolasido’s theme music was composed by Asep Nayak, a musician from Wamena, Papua.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *